Masalah
Bahasa Dalam Proses Pembelajaran Sains Di SD
2.1 Konsep Pemikiran Anak
tentang “Hewan dan Hidup”
Kata “Hewan” banyak sekali digunakan di dalam
buku-buku sains (biologi), termasuk juga di dalam proses belajar mengajar
sains. Apabila anak-anak mempunyai kategori pemikiran atau pemahaman yang
berbeda tentang istilah makhluk hidup yang sedang dibahas oleh guru, akan
menyebabkan terjadinya suatu kelas yang mempunyai macam-macam konsepsi dan
penafsiran tentang materi pelajaran diatas. Keheterogenan kensepsi itu dapat
saja menjadi sangat jauh berbeda bagi murid-murid itu sendiri, maupun dari
konsepsi yang dimaksudkan oleh guru. Keadaan seperti inilah yang merupakan
suatu tantangan bagi guru sains untuk mengungkapkan penyebab terjadinya
perbedaan pemahaman yang ada, dan sekaligus mencari cara penanggulangannya.
Dengan menggunakan “Interview spontan”,
pengalaman yang dijadikan dasar pemikiran alami anak yang berhubungan dengan
konsep “Makhluk Hidup” bisa terbuka, misalnya pemahaman mereka tentang “Hewan”.
Kalau kita telusuri lebih jauh, anak-anak mungkin hanya mengenal istilah
“Hewan” sebagai binatang besar yang biasa dipelihara oleh orang tua atau
tetangga mereka, seperti: kambing, kerbau, sapid an sebagainya, atau
binatang-binatang lain yang dapat mereka temukan di kebun binatang. Biasanya
anak-anak akan mengkategorikan suatu makhluk hidup itu termasuk hewan atau
bukan hewan, berdasarkan:
- Jumlah kaki (hewan biasanya mempuyai empat kaki)
- Ukuran atau besarnya (hewan biasanya berukuran lebih besar)
- Tempat hidup (hewan biasanya hidup di darat dan di air)
- Penutup tubuh (kulit hewan biasanya berbulu)
- Suara (hewan biasanya dapat menghasilkan suara)
Selain yang mempunyai ciri-ciri di atas, anak
taman kanak-kanak atau anak usia sekolah dasar
kelas rendah cenderung untuk tidak menganggapnya sebagai “hewan”. Disini
terlihat bahwa pada dasarnya anak-anak masih mengartikan istilah “hewan”,
sangat begitu terbatas.Mereka belum dapat berfikir secara komperhensif kalau
serangga, mamalia, termasuk juga dirinya adalah golongan hewan. Apalagi
sekarang banyak dijumpai kalimat-kalimat dalam bentuk larangan, seperti :”Hewan
tidak diperkenankan dibawa masuk!” baik ke dalam toko ataupun tempat-tempat umum lainnya. Hal ini
juga sangat besar pengaruhnya terhadap makin terbatasnya pengertian istilah
“hewan” di mata anak-anak.
Walaupun ahli-ahli sains telah menggolongkan
manusia sebagai golongan hewan, namun di dalam kontek kehidupan sehari-hari,
manusia tidak dapat dimasukan ke dalamnya.Contohnya, meskipun adanya kalimat
larangan seperti disebutkan diatas, kita bebas keluar masuk dari satu toko ke
toko lainnya atau dari suatu tempat umum ke tempat umum lainnya.
Dari hasil penelitian Stead (1980) yang
difokuskan kepada penjajagan pemahaman anak-anak usia 5 – 10 tahun, tentang
pengertian istilah “hidup” menghasilkan data yang sangat menarik sekaligus
mengejutkan kita. Dari hasil interview
spontan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia taman
kanak-kanak dan sekolah dasar masih menanggap kalau bergerak adalah ciri khas
dari hidup sehubungan dengan makhluk hidup. Mereka menganggap, api, awan dan
matahari adalah hidup, karena semuanya dapat bergerak. Sedangkan anak-anak yang
lebih besar umumnya sudah mengetahui ciri-ciri makhluk hidup secara umum, namun
mereka belum memahami penerapannya, sehingga penggunaannya pun masih jauh
menyimpang dari seharusnya, misalnya:
api dan matahari semuanya dapat bergerak, bernafas, bereproduksi, dan mati itu
merupakan sebagai ciri-ciri morfologi dan fisiologi makhluk hidup, tetapi
anak-anak menafsirkan api sebagai makhluk hidup atas dasar:
- Api dapat memakan kayu atau bahan bakar lainnya (nutrisi/makan).
- Api dapat merambat ke tempat lain selagi ada yang akan dibakarnya (bergerak).
- Api memerlukan udara atau zat asam untuk menyala (reproduksi).
- Dan api dapat menghasilkan sisa pembakaran berupa abu (ekskresi), dan sebagainya.
Dari data-data itulah anak-anak
menginterpretasikan api itu sebagai makhluk hidup, selain itu dengan adanya
pernyataan-pernyataan di atas menujukan bahwa tingkat pemahaman anak-anak tentang
pengertian istilah atau kata hidup sehubungan dengan makhluk hidup masih simpang siur dan masih jauh berbeda
dari pengertian istilah hidup sebenarnya di dalam konsep makhluk hidup. Apabila
menanyakan: Apakah api, mobil yang sedang dihidupkan mesinnya, dan manusia
termasuk makhluk hidup? Jawaban mereka akan lebih cenderung ke arah pengertian
metaphor istilah atau kata makhluk hidup atau hidup itu sendiri, ketimbang
dengan istilah-istilah itu menurut konteks sains. Di sini guru sains perlu
mengetahui bahwa yang paling penting dalam proses belajar mengajar sains adalah
“Bagaimana mengartikan suatu istilah atau kata berdasarkan kontek dimana
istilah atau kata itu digunakan secara khusus”.
2.2
Pembentukan Suatau Pemahaman Yang Diharapkan Pada
Anak
Seorang
guru dalam menyuruh, bertanya, dan memberikan perintah kepada anak muridnya
terkadang ia lupa bahwa perintah dan pertanyaannya belum tentu akan diartikan
dan ditafsirkan sama oleh masing-masing anak muridnya. Disini anak-anak memiliki tingkat pemikirannya sendiri-sendiri
yang tentu nya tidak sama antara anak yang satu dengan anak yang lain. Hal ini
juga tergantung dengan dasar pengetahuan anak yang dipunyai pada waktu itu.
Uraian diatas membuktikan bahwa faktor
bahasa yang digunakan guru dan pemahaman anak-anak itu sendiri dalam menerima
dan menafsirkan bahasa guru, besar sekali pengaruhnya.
Beberapa indikator situasi kelas yang
disebabkan kegagalan guru dalam menggunakan bahasa sehingga kurang dapat dipahami
oleh anak-anak muridnya:
a.
Sikap tidak ambil peduli dengan hal-hal
yang dikatakan oleh guru
Situasi ini terjadi biasa nya ketika
seorang guru berbicara saat menerangkan suatu materi tetapi terlalu didominasi
oleh kata-kata asing yang anak-anak cenderung tidak mengenal kata-kata
tersebut.dengann kata lain guru disini tidak berbicara menggunakan bahasa anak,
hal ini menyebabkan anak-anak kurang bisa memahami apa yang dibicarakan oleh
gurunya. Hal ini tentunya akan berdampak pada kegagalan anak dalam pemahaman
anak dan pemikiran anak menjadi ngambang untuk akibat lebih jauhnya anak akan
kehilangan konsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. Jika hal
tersebut terjadi maka anak-anak akan menuju atau mengambil sikap tidak ambil
peduli dengan apa-apa yang dikatakan oleh guru mereka.
Keadaan seperti ini tentunya dapat
dicegah dengan cara guru lebih menggunakan kata kata yang anak-anak mudah
pahami dan mengerti, guru menggunakan “tehnik bahasa” seperti menuliskan
kata-kata yang sukar dipahami anak-anak dipapan tulis, memperbanyak penggunaan
alat-alat peraga .
b.
Kegaduhan kelas dalam konteks sains
Keadaan ini tejadi ketika guru bermaksud
agar anak-anak bisa menggunakan
c.
Ketidakpedulian guru terhadap hal-hal
yang dikatakan anak
Pendapat anak yang kurang dihargai atau
tidak didengarkan oleh guru merupakan bentuk ketidak pedulian guru yang akan
menyebabkan kurang terkontrolnya situasi kelas ini disebabkan karena anak didik
akan merasa kurang enggan lagi untuk mengemukakan pendapat dan pertanyaan
sehubungan dengan materi yang sedang dipelajarinya. Jika hal ini dibiarkan
berlarut-larut akan menimbulkan tidak terwujudnya komunikasi dua arah dalam
proses pembelajaran dan tidak tercapainya tujuan dari pemberian materi tersebut.
d.
Kesalahpahaman yang tidak diketahui
Kesalahpahaman ini merupakan
kesalahpahaman didalam anak-anak mengartikan istilah-istilah yang dibicarakan
oleh gurunya. Contohnya “konsumer”
didalam kontek ekonomi. Istilah konsumer dalam konteks sains merupakan mahluk
hidup yang memakan mahluk hidup didalam rantai makanan, sedangkan dalam kontek
ekonomi sebagai pemakai dari suatu hasil produksi pabrik. Dengan adanya hal ini
menyebabkan konsep yang akan disampaikan
oleh guru sering diterjemahkan kedalam bahasa anak namun dengan
pengertian yang berbeda. Keadaan ini kadang tidak diketahui oleh guru.
e.
Kesalahpahaman yang diketahui
Kesalahpahaman ini tejadi akibat
kurangnya komunikasi guru dengan anak didiknya, karena dianggap mereka telah
memahami apa-apa yang telah disampaikan atau diajarkan oleh guru nya.
Kadang-kadang ank telah menyadari kesalahpahaman pengertian dari istilah yang
diberikan oleh guru namun tidak jarang juga anak-anak masih tetap menggunakan
istilah tersebut menurut pengetian yang selama ini mereka ketahui. Sehingga
timbul kesalahpahaman yang diketahui.
f.
Pemakaian kata atau istilah yang sudah
biasa digunakan
Pemakaian kata atau istilah yang sudah
biasa digunakan juga dapat menimbulkan pengertian yang berbeda antara anak
didik dan guru yang menyampaikannya. contohnya pada kata “membuat” . misalnya
pada kalimat ibu membuat kue, dengan tumbuhan membuat makanannya sendiri dengan
bantuan sinar matahari. Anak-anak terkadang akan menafsirkan kata membuat dalam
dua kalimat tersebut sama padahal kata membuat disana berbeda pengertiannya.
2.3
Alternatif
Pemecahan Masalah Sehubungan dengan Masalah Bahasa
Sekarang kita
telah bisa menggaris bawahi beberapa masalah sehubungan dengan penggunaan
bahasa di dalam proses belajar mengajar sains. Masalah-masalah tersebut timbul tidak
hanya disebabkan oleh penggunaan bahasa sains yang pada umumnya kurang dapat
dimengerti oleh tingkat pemikiran anak-anak, tetapi juga dapat disebabkan oleh
penggunaan-penggunaan bahasa yang dapat menimbulkan interpretasi berbeda-beda
bagi anak didik. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk membantu anak
didik di dalam memahami perbedaan-perbedaan arti atau makna dari suatu istilah
atau kata-kata, adalah dengan membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok
kecil. Selanjutnya berikanlah kepada mereka satu set gambar-gambar binatang,
atau lebih baik apabla lengkap dari mulai gambar cacing, serangga, ikan, reptil
sampai ke binatang tingkat tinggi lainnya seperti mamalia, dan bisa juga dengan
gambar-gambar tumbuhan selengkapnya dan atau bisa juga dengan gabungan
keduanya. Suruhlah mereka untuk mengklasifikasikannya sesuai dengan kelompok
makhluk-makhluk hidup itu, pengklasifikasian itu dilakukan melalui diskusi di
dalam kelompok masing-masing.
Melalui kegiatan di atas, akan menarik minat anak-anak dan akan
mengundang perdebatan yang cukup sengit, dimana masing-masing anak akan
mempertahankan konsepsinya. Perlu diketahui bahwa hasil dari diskusi itu belum
tentu akan mengarah kepada penemuan konsep yang diharapkan, misalnya konsep
hewan, atau konsep tumbuhan yang sesuai dengan hasil pemikiran ahli sains. Yang
paling penting dengan dilakukan diskusi itu, anak-anak akan mendapatkan
pengalaman serta temuan baru, walaupun pada akhirnya gurulah yang akan
memutuskan dan memberi kesimpulan dari hasil diskusi mereka. Keikut campuran
guru di dalam memberikan putusan akhir berupa kesimpulan, dimaksudkan untuk
meluruskan dan memberi jawaban konsep sains yang sebenarnya yang harus diterima
oleh anak-anak. Tetapi, efek lebih jauh dari hal ini, anak-anak secara tidak
langsung diarahkan oleh guru untuk cenderung menjadi anak-anak yang verbalisme
pemikirannya di dalam sains. Dan, karenanya kita jarang sekali melihat mereka
berbicara tentang konsepsinya sendiri melalui cara berpikir ilmiaih yang
dilandasi oleh aktivitas ilmiah, padahal sebenarnya hal itu dituntut dari
mereka. Selanjutnya, apabila terjadi perubahan pandangan pemikiran tentang
konsep sains ke pemahaman konsep sains yang sebenarnya, itu merupakan suatu
petunjuk yang sangat berharga bagi kita, bahwa mereka telah menyadari bahwa
konsep pemikiran alami yang mereka pegang selama ini keliru. Selain itu,
apabila mereka ingat sedikit saja tentang kegiatan diskusi tadi, dimana begitu
banyak perbedaan pendapat dirinya dengan pendapat teman-temannya, anak-anak
akan menyadari dan mengetahui bahwa sebenarnya begitu banyak interpretasi atau
pendapat tentang suatu hal yang sama dari pendapat yang ada di dalam
pemikirannya. Lebih jauh lagi, anak-anak akan mengetahui dari hasil diskusinya,
termasuk atas bantuan gurunya di dalam memperoleh kesimpulan akhir , bahwa
semua makhluk hidup itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu “hewan”
dan “tumbuhan”, hal ini secara tidak langsung dapat menumbuhkan pengertian
pemahaman anak tentang konsep “hewan dan tumbuhan”. Sehingga apabila anak
menemukan suatu makhluk hidup, maka dia akan bisa memastikan kalau makhluk
hdiup itu adalah tumbuhan atau sebaliknya. Dari kegiatan ini, kita sebagai guru
secara tidak langsung sudah dapat membuktikan dan memberi pemahaman kepada anak
didik bahwa sebenarnya terjadi perbedaan antara pengertian kata-kata yang
digunakan di dalam sains dengan pengertian kata-kata di dalam kehidupan
sehari-hari.
2.4
Bahasa dan Proses Belajar Anak
Dari beberapa
masalah yang timbul pada anak-anak dengan digunakannya istilah-istilah atau
kata-kata yang mempunyai arti atau makna yang berbeda berdasarkan kontek
pemakaiannya (menurut kontek sains dan pemakaian sehari-hari), sekarang telah
diketahui oleh kita sebagai guru sains, misalnya, ketika guru menggunakan
istilah “konsumer” dan “produser”. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh
guru yang berhubungan dengan pengertian kata “konsumer” dan “produser” di dalam
kontek biologi ialah dengan menitik beratkan bahwa konsumer dan produser
mempunyai cara yang berbeda di dalam hal memperoleh energi (makanan).
“konsumer”, misalnya adalah hewan yang memakan makhluk hidup lain sebagai
sumber energi bagi dirinya, dan “produser” dilain pihak, adalah makhluk hidup
yanng dapat mebuat makanan sendiri yang dalam hal ini adalah tumbuhan.
Pendekatan
ini merupakan cara umum yang sering
digunakan untuk memecahkan perbedaan interpretasi dari istilah-istilah tersebut
dilingkungan kelas. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak-anak tentang
pengertian istilah konsumer, dan makhluk hidup mana yang dapat dikategorikan ke
dalamnya menurut konteks sains , perlu di adakannya tes di akhir pelajaran.
Dari jawaban tes tersebut , guru dapat mengukur pemahaman mereka tentang kedua
istilah tadi. Lain halnya, apabila guru bermaksud untuk mengetahui sampai
dimana perubahan pemikiran mereka yang diperoleh sebagai hasil belajarnya, bisa
dilakukan misalnya, dengan memperlihatkan gambar-gambar makhluk hidup (hewan
dan tumbuhan), selanjutnya anak-anak disuruh untuk mengklasifikasikan
gambar-gambar tersebut berdasarkan cara memperoleh energi atau makanannya.
Namun di awal pelajaran, guru harus memberikan pre-tes dengan menggunakan
gambar-gambar yang sama. Dan perbedaan jawaban yang diperoleh dari ke dua tes
tersebut (pre-tes dan post-tes)menunjukkan arah pemahaman konsep yang dimaksud,
yaitu perubahan pemahaman-pemahaman yang diperoleh dari hasil belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Barlia, Lily.2014.Teori Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Subang.Royyan Press
Denis El Husein Selasa, 08 November 2011(http://denis-el.blogspot.co.id/2011/11/beberapa-masalah-dalam-proses.html)Jkk
Iron Stinger - Titanium Earring Posts - TITNIA
BalasHapusGet Iron Stinger videos, videos, photos, titanium connecting rod and other stiletto titanium hammer related content from titanium welder TinEye on implant grade titanium earrings TITNIA. ecosport titanium